Desa Kecil (Ngadas) Menjadi Contoh Bagi Kita semua dalam Toleransi Antar Agama dan Budaya

Pada Tanggal 13 Mei saya bersama rekan-rekan saya yang lainnya melakukan Touring ke sebuah tempat wisata alam yaitu keindahan pasir bersisik dan Sunrise pada pegunungan Bromo serta wisata lainnya seperti kawah Ijen dan lainnya. yang terletak pada desa Ngadas, Kec. Poncokusumo KAB. Malang.

Dalam perjalanan kami mendapatkan sedikit cerita singkat sejarah Suku Tengger yang mendiami lereng gunung bromo dan Gunung Sameru. Gunung Bromo dianggap suci ole masyarakat suku Tengger dikarenakan Gunung Bromo merupakan lambang dari Tempat Dewa Brahma. Sifat umum dalam kehidupan Masyarakat Suku Ngadas adalah kesederhanaan dan damai dengan mengandalkan hasil pertanian seperti kubis, bawang dan wortel sebagai penghasilan utama masyarakat Suku Ngadas.

Yang paling memukai hati adalah Masyarakat suku Tengger yang berada di Desa Ngadas yang hanya dipimpin oleh seorang Kepala Desa sebagai pemimpin tertinggi pada desa tersebut dapat hidup Damai dan Tentram sekalipun dalam Desa Kecil itu terdapat beragam pemeluk Agama yang berbeda diantaranya terdapat masyarakat yang menganut Agama Hindu, Agama Budha, Agama Muslim dan Agama Kristen.Namun setiap mereka mampu hidup berdampingan dengan dipenuhi rasa toleransi antar agama dan salaing menghormati antar agama dan menghargai antar pemeluk agama yang berbeda.
Dalam dialog kecil kami dengan pemandu tour kami yang merupakan penduduk asli Desa Ngadas yang bernama "Pak Trisno" dalam pembicaraan kami tentang sejarah dan perbedaan dalam Negri ini serta gejolak yang sedang terjadi saat ini, Pak Trisno Tersebut dengan datar dan tenang mengatakan 
"berhati-hatilah dalam menggunakan ilmu yang kita miliki, jika kita memiliki ilmu yang memadai dan teruji maka, dapat kita bagikan kepada orang lain sehingga hal tersebut dapat memberi jalan positif terhadap jalan pikiran orang yang mendengarkannya. Dan jika kita tidak memiliki Ilmu yang Belum teruji atau juga tidak memadai maka, sebaiknya jangan memperdengarkan kepada orang lain sebab itu dapat menjebak jalan pikiran orang yang mendengarnya. Sebab jika demikian bagaimana negara ini bisa damai dan tenteram".

Mendengarkan perkataaan Pak Trisno tersebut membuat saya menjadi berpikir bahwa inilah karakteristik pola pikir Penduduk Desa Ngadas yang membuat mereka mampu hidup berdampingan dan bergandengan dalam kemajemukan budaya dan golongan. Sungguh luar biasa kalimat yang sederhana dengan memiliki makna yang dalam.

Kita semua harus mampu bisa belajar dari sikap Pak Trisno yang menempatkan dirinya dalam posisi untuk menyeimbangkan jalan pikir setiap orang yang dipenuhi dengan perbedaan dalam keragaman etnis dan budaya.

Dan saya sebagai pemeluk agama Kristen mengucapkan "subhanallah" saya sangat menyayangi saudara-saudara saya baik dari Muslim, Hindu dan Budha. Baik orang sumatra, jawa, kalimantan, sulawesi, NTB, NTT, Papua dan semua kita sebagai saudara saya, sebab kita adalah saudara yang sebangsa dan setanah air yaitu Tanah Air Indonesia. Dalam darah kami mengalir sumpah yang diucapkan nenek moyang kami yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda pada masa perjuangan kala itu.